Malik dia berkata,
“Ketika kami
duduk-duduk
bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam , tiba-tiba beliau bersabda, ‘Sebentar
lagi akan datang seorang laki-laki penghuni
Surga.’
Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat
di hadapan mereka sementara bekas air wudhu
masih membasahi jenggotnya, sedangkan
tangan kirinya menenteng sandal…
Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda lagi, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.’
Kemudian muncul lelaki kemarin dengan
kondisi persis seperti hari sebelumnya.
Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ‘Akan lewat di hadapan
kalian seorang lelaki penghuni Surga!!’
Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk
sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air
wudhu masih memenuhi jenggotnya,
sedangkan tangan kirinya menenteng sandal
Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat
duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin
Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata
kepada lelaki tersebut, ‘Aku sedang punya
masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak
akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap
di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.’
Dia menjawab, ‘Silahkan!’
Anas berkata bahwa Amr bin Ash setelah
menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki
tersebut tidak pernah mendapatinya sedang
qiyamul lail, hanya saja tiap kali terjaga dari
tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga
menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu. Abdullah juga mengatakan, ‘Saya tidak
mendengar ia berbicara, kecuali yang baik.’
Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja
Abdullah menganggap remeh amalnya, ia
berkata, ‘Wahai hamba Allah, sesungguhnya
aku tidak sedang bermasalah dengan orang
tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah
selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, ‘Akan lewat di
hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.’
Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul
tiga kali berturut-turut adalah engkau.
Terang saja saya ingin menginap di rumahmu
ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau
lakukan, sehingga aku dapat mengikuti
amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu
mengerjakan amalan yang berpahala besar.
Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata
demikian?’
Kemudian lelaki Anshar itu menjawab,
‘Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak
mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku
tidak pernah mempunyai rasa iri kepada
sesama muslim atau hasad terhadap
kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.’
Abdullah bin Amr berkata, ‘Rupanya itulah
yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu,
sebuah amalan yang kami tidak mampu
melakukannya’.”
0 komentar:
Post a Comment
terimakasih